Yeremia 2:30
“Sia-sia Aku telah memukuli anak-anakmu, hajaran tidaklah mereka terima”
Bangsa Israel berkali-kali mengabaikan didikan Allah (Yeremia 2:30). Tuhan
merasa sedih karena bangsa Israel tidak mau mengakui kesalahan dan mengubah
cara hidup mereka.
Saya pernah bertemu dengan para orangtua yang patah hati melihat perilaku
anak-anak mereka. Karena itu, sungguh melegakan ketika mendengar seorang
pendeta muda yang pada upacara pemakaman ayahnya mengungkapkan ucapan syukur
dan hormat atas koreksi-koreksi kesalahan yang pernah dilakukan orangtuanya.
Pendeta muda itu menceritakan bahwa ketika masih remaja, ia pernah ditangkap
polisi karena melempar batu ke sebuah tempat yang dapat mencelakakan dirinya
sendiri. Polisi itu memberitahu ayahnya jika ia mampu mendisiplinkan anaknya,
maka anak itu tidak perlu dimasukkan ke lembaga pengawasan anak nakal.
Pendeta muda itu masih ingat, dari wajah sang ayah tersirat bahwa sebenarnya
ayahnya lebih suka menyerahkannya ke lembaga tersebut. Namun, hal itu tidaklah
menyakiti hatinya karena ia tahu bahwa ayahnya sungguh-sungguh mencintainya.
Ketika semakin dewasa, pendeta muda itu mulai menunjukkan perubahan ke arah
yang baik. Bahkan, ia mengaku kini telah menjadi orang yang bertanggung jawab
dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya semua berkat didikan sang ayah yang
dikasihinya.
Tidak jadi masalah apakah koreksi itu berasal dari Tuhan, orangtua, atau dari
pihak lain, karena hasilnya nanti ditentukan oleh respon kita. Ingatlah, “Siapa
mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan
teguran, memperoleh akal budi” (Amsal 15:32). (RHK)
“Sia-sia Aku telah memukuli anak-anakmu, hajaran tidaklah mereka terima”
Bangsa Israel berkali-kali mengabaikan didikan Allah (Yeremia 2:30). Tuhan merasa sedih karena bangsa Israel tidak mau mengakui kesalahan dan mengubah cara hidup mereka.
Saya pernah bertemu dengan para orangtua yang patah hati melihat perilaku anak-anak mereka. Karena itu, sungguh melegakan ketika mendengar seorang pendeta muda yang pada upacara pemakaman ayahnya mengungkapkan ucapan syukur dan hormat atas koreksi-koreksi kesalahan yang pernah dilakukan orangtuanya.
Pendeta muda itu menceritakan bahwa ketika masih remaja, ia pernah ditangkap polisi karena melempar batu ke sebuah tempat yang dapat mencelakakan dirinya sendiri. Polisi itu memberitahu ayahnya jika ia mampu mendisiplinkan anaknya, maka anak itu tidak perlu dimasukkan ke lembaga pengawasan anak nakal.
Pendeta muda itu masih ingat, dari wajah sang ayah tersirat bahwa sebenarnya ayahnya lebih suka menyerahkannya ke lembaga tersebut. Namun, hal itu tidaklah menyakiti hatinya karena ia tahu bahwa ayahnya sungguh-sungguh mencintainya. Ketika semakin dewasa, pendeta muda itu mulai menunjukkan perubahan ke arah yang baik. Bahkan, ia mengaku kini telah menjadi orang yang bertanggung jawab dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya semua berkat didikan sang ayah yang dikasihinya.
Tidak jadi masalah apakah koreksi itu berasal dari Tuhan, orangtua, atau dari pihak lain, karena hasilnya nanti ditentukan oleh respon kita. Ingatlah, “Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi” (Amsal 15:32). (RHK)
Ditulis Oleh : ggp bukit hermon balikpapan ~ Ferdy Manggaribet, S.Th, MA
Anda sedang membaca postingan saya yang berjudul JADILAH BIJAK. Jika anda menyukai semua ARTIKEL kami, anda bisa COPAS dan menyebarluaskannya dengan disertakannya link yang sesuai dengan postingan tersebut sebagai sumbernya
Jangan Lupa Kritik dan Sarannya melalui KOTAK KOMENTAR dibawah ini ya!
Jangan Lupa Kritik dan Sarannya melalui KOTAK KOMENTAR dibawah ini ya!
Kekasih Tuhan !!!
Anda diberkati dengan Artikel dan renungan kami ?
Bagikan ke teman-teman Anda biar jadi berkat. GBU
0 komentar:
Posting Komentar